Jumat, 16 September 2011

Kakek Simpang Lima...

Simpang lima Banda Aceh, bukan simpang yang luar biasa hanya saja memang pusat kota terletak disitu. bisa menuju kebeberapa arah, salah satunya adalah arah ke Darussalam tempat para mahasiswa mengejar dosen..haha ya maksudnya ya kampus Unsyiah dan IAIN disanalah tempatnya. aku pernah tinggal untuk waktu yang lumayan lama di kota ini, kota yang hampir 50% hancur saat Tsunami melanda.. setelah tsunami baru setahun kemudian aku berani menginjakkan kakiku kembali ke kota itu, setelah cukup ikhlas merelakan keluarga yang menjadi korban keganasan ie beuna (tsunami). banyak sekali perubahan dari sebelum tsunami dan pasca tsunami, apa lagi kalau sekarang perubahannya sangat besar.

Kadang berasa seperti bukan di NAD, syariat islam yang di tegakkan pun terasa kurang maksimal..masih banyak ketimpangan disana sini, meskipun begitu bukan berarti perbaikan-perbaikan tidak dilakukan. semua masih dalam tahap proses. proses menjadi lebih baik dari yang sudah ada..mudah-mudahan kami mampu.

eniwei ada satu hal dari banyak hal yang tidak berubah di simpang 5 itu, selain banyak bangunan baru, banyak waralaba baru, ada satu yang tetap dan tak tergeser masa..yah itu dia, ada seorang kakek-kakek yang berjualan sayur ditrotoar tepat di depan bangunan Pizza Hut. aku tidak tau sejak kapan kakek-kakek itu ada disitu, berjualan sayuran yang sangat sederhana dengan lapaknya yang sangat sederhana, dia terlihat makin kontras dengan bangunan-bangunan baru yang ada di sepanjang simpang lima. setiap berangkat kerja aku selalu melihatnya menggelarkan lapaknya dan mulai berjualan, biasanya dari jam 7-8 sampai siang jam 10an dia masih berjualan. kalau melihat dari penampilannya aku taksir usianya sekitar 80an lebih, tubuhnya kurus dan sedikit ringkih.. menurut cerita beberapa teman si kakek itu sudah sejak sebelum tsunami berjualan disitu, untuk menghidupi keluarganya. kabarnya juga keluarganya sudah melarang si kakek itu untuk berjualan tapi dia tetap ingin bekerja menafkahi keluarganya..Subhanallah begitulah besar tanggung jawabnya terhadap keluarganya meskipun sudah saatnya tongkat estapet di serahkan ke anak2nya.

Tapi dua hari aku disana, sengaja aku keluar sejak pagi meskipun gerimis tipis aku tetap melajukan motorku, aku berharap bisa melihat si kakek itu meskipun dari kejauhan, aku tahu jam delapan itu jamnya macet dan supersibuk aku berusaha mencari celah melalui mobil-mobil yang macet untuk berusaha melihat dia, hari pertama aku tidak bertemu dengannya, hari kedua pun aku tidak bertemu dengannya.. kira-kira dia kemana yah? masih hidupkah dia? sakitkah dia? mau bertanya, bertanya pada siapa? :( ah tanpa kakek itu simpang lima banda aceh terasa berbeda. dulu aku sering melihat ibu-ibu bermobil mewah turun dan berbelanja sayuran sederhana kakek itu, kadang beberapa orang memborong sayurannya yang tidak banyak itu. salah satu bosku juga pernah melakukan itu sembari berbincang-bincang dengan si kakek. yang menurut cerita si kakek sayuran yang dia jual adalah hasil dari kebunnya sendiri, dari pada di makan juga tidak habis maka dia menjualnya untuk menutupi kebutuhan hidupnya.

Kakek penjual sayur, dimanapun dirimu sekarang, seperti apapun kondisimu, semoga kau baik-baik saja atau seandainya sang pemilik nafas telah memanggilmu semoga syurga balasanmu.. perjuangan hidupmu patut menjadi contoh bagi orang sekitarmu.. menjadi lelaki sejati yang bertanggung jawab terhadap keberlansungan mengepulnya asap rumah tanggamu ;).. semoga aku pun mampu mencontohi sikap semangatmu :)

Nanggroe lon Atjeh..
Nanggroe lon sayang..
Tempat nibaknyan long udep mate.. 
Tanoh keunebah Indatu moyang..
 Tanyo peulara udep mate..




Senja di pelataran Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh - NAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar