Jumat, 05 Oktober 2012

- Selamat jalan kek..!! -


Kali ini izinkan aku berbagi berita duka yang sebenarnya sudah lama terjadi, hanya saja karena keterlambatanku mengetahuinya maka baru kali ini aku berbagi. Btw masih ingat ceritaku dulu tentang “ kakek simpang lima Banda Aceh “ yang pernah aku ceritakan di Note FB. Aku juga posting cerita itu di kompasiana, dan entah karena sok sibuk atau kesibukan yang sengaja aku ciptakan, jadi lupa punya akun di kompasiana. Jadilah malam iini aku utak atik kembali tulisan-tulisanku disana. Dan karena sudah lama tidak di buka maka ada beberapa message yang belum terbaca dan salah satunya adalah dari seorang teman yang aku sendiri belum kenal, beliau mengirimkan aku link sebuah berita bahwa si “ kakek simpang lima “ sudah berpulang ke Rahmatullah pada hari jum’at 13 April 2012. Kaget tapi juga sudah menebak kalau si kakek sudah di panggil sama si empunya nyawa.

 Menurut keterangan artikel itu Abdul Wahab begitulah ternyata nama beliau, beliau sudah berjualan disana sejak tahun 1998 dan tidak pernah di gusur oleh siapapun, juga tidak pernah ada larangan untuk beliau menggelarkan dagangannya di trotoar tersebut. Bahkan pihak pizza hut yang berada tepat di belakang lapak beliau, tidak mempermasalahkan beliau berjualan sayuran disitu.  Bahkan terkadang si kakek di berikan pizza untuk di bawa pulang dan di nikmati bersama keluarganya.

Berikut sedikit cuplikan tulisan di artikel tersebut :

“ Abdul Wahab telah berjualan di trotoar Simpang Lima pascatsunami meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004. Ia sudah berjualan di trotoar itu, jauh sebelum restoran berantai dan waralaba Pizza Hut  hadir di Banda Aceh. Sebelumnya, ia berjualan di Pasar Peunayong. Setiap hari, ia menjual daun melinjo, melinjo, asam sunti, sirih, dan daun jeruk. Semua jenis sayuran khas Aceh itu ia tanam sendiri di kampungnya di Desa Li Eu.

“Sebenarnya, kami keluarga sudah melarang Bapak berjualan di sana. Bapak sudah tua, tapi Bapak tetap pergi. Kami gak bisa melarang lagi Bapak,” kata Darmawati.

Darmawati berkisah, setiap harinya Abdul Wahab selalu membawa pulang uang. Sayuran yang ia jual ada juga yang beli. “Sayuran yang Bapak jual selalu habis. Mungkin orang beli karena kasihan ke Bapak. Belinya sepuluh ribu, tapi dikasihnya lima puluh ribu,” ujar Darmawati menceritakan kisah yang ia dengar langsung dari Abdul Wahab semasa hidup.

Menurut Darmawati, Abdul Wahab tidak pernah bercerita ada pihak-pihak yang melarang berjualan di trotoar itu. Lelaki yang di kampunya sering disebut Bang Wahab itu, bisa jadi satu-satunya pedagang trotoar di Banda Aceh yang tak pernah digusur Satpol PP.

“Orang tidak pernah melarang Bapak, pak polisi tak pernah melarang. Terakhir ada Pizza di situ, pemiliknya tidak terdengar melarang Bapak,” katanya. (http://aceh.tribunnews.com/2012/04/17/penjual-sayur-simpang-lima-tutup-usia)
Rasanya masih teringat saat-saat melintasi beliau di simpang lima, seringkali terbersit rasa kasihan kenapa sudah sangat sepuh tapi masih bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Tapi mungkin itulah yang di sebut dengan lelaki sejati yah.. lelaki yang penuh tanggung jawab terhadap keluarganya, yang selalu berusaha membuat keluarganya bahagia, menyerahkan seluruh cinta dan nafasnya untuk keluarganya. Semoga ini mampu menjadi pelajaran bagi mereka yang mau mengambil hikmahnya. Ini jauh lebih mulia ketimbang mengemis, bukankah tangan di atas lebih baik di bandingkan yang di bawah, inilah prinsip si kakek tersebut  ketika di Tanya kenapa masih berjualan padahal banyak orang yang memanfaatkan keringkihannya sebagai modal mengenis, dan beginilah kata si kakek tersebut “Gak ada guna, Hana guna nyan, Neuk! Peumale droe mantong “  yang artinya “ Tidak ada gunanya nak, sama sekali tidak berguna, itu sama saja seperti mempermalukan diri sendiri “

Selamat Jalan Kek…!!
Semoga Allah menempatkan kakek di sisiNya yang layak dan di tempatkan dalam JannahNya…

- Dee -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar