Kamis, 08 Maret 2012

Hujan Bulan Juni


Beberapa sajak karya Sapardi Djoko Damono dalam buku " Hujan bulan Juni "
 
gadis kecil

ada gadis kecil diseberangkan gerimis
di tangan kanannya bergoyang payung
tangan kirinya mengibaskan tangis-
di pinggir padang ada pohon dan seekor burung

hujan bulan juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu 

===================================================================================
 "dalam setiap telur semoga ada burung dalam setiap burung semoga ada engkau dalam setiap engkau semoga ada yang senantiasa terbang menembus silau matahari memecah udara dingin memuncak ke lengkung langit menukik melintas sungai merindukan telur "

"saat tiada pun tiada,aku berjalan (tiada- gerakan, serasa isyarat) 
Kita pun bertemu, sepasang Tiada, tersuling (tiada-gerakan, serasa nikmat): 
Sepi meninggi" 

"ketika Engkau seketika memijar dalam Kata 
terbantun menjelma gema. Malam sibuk di luar suara" 
"seperti juga aku: namamu siapa, bukan?"

===================================================================================
 
Entah mengapa, puisi tentang hujan sepertinya menetes terlalu keras pada batunya hatiku
Dan tiap bulirnya mengetuk pelan-pelan bahkan hatiku sudah tak sanggup menjerit perih
Ada apa dengan hujan?


HUJAN DALAM KOMPOSISI 1 
 
"Apakah yang kautangkap dari swara hujan, dari daun-daun bugenvil basah yang teratur mengetuk jendela? Apakah yang kautangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan?"
Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan,
membanyangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang.
"Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa di pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari daun dekat jendela itu. Atau memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu tidur."
barangkali sudah terlalu sering dia mendegarnya dan tak lagi mengenalnya.

1969

HUJAN DALAM KOMPOSISI 2 

Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu; tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah dan jatuh ke bumi.

Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di jalan yang panjang, menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan.

Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan. Selamat tidur,

1969

HUJAN DALAM KOMPOSISI 3 

dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya
terpisah dari hujan

1969

PERCAKAPAN MALAM HUJAN 

Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan
payung, berdiri di samping tiang listrik. Katanya
kepada lampu jalan, "Tutup matamu dan tidurlah. Biar
kujaga malam."

"Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba
suara desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi;
kembalilah, jangan menggodaku tidur. Aku sahabat
manusia. Ia suka terang."


dan kesedihan yang sering terasa saat sendiri... 
atau apakah kesedihan memang untuk dinikmati sendiri?
entah..
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar