11.20 PM
Malam ini ditemani please dont stop the rain dari james morrison dan rintik hujan yang mulai menciptakan harmoni alam yang indah, aku tiba-tiba teringat pada mata gadis kecil itu, apa kabar yah kira-kira dia, tapi pasti sekarang dia sudah jadi remaja yang cantik..hmm aku perkirakan usianya mungkin sudah 17 tahun. usia yang kalau kata orang, itu adalah usia yang menandakan memasuki usia dewasanya seorang anak
Maisarah sebut saja begitu namanya (bukan nama asli), dan teman-temannya suka memanggilnya sarah, anaknya putih dan cantik, sekilas mirip sama artis muda indonesia sheila marcia. Sarah terlahir dari sebuah keluarga petani di desa dampinganku, terlahir sebagai anak pertama dari 5 anak, jadi saat itu sarah punya 4 adik yang masih kecil, bahkan yang bungsu masih bayi hitungan bulan.
Waktu itu awal tahun 2004 dan tepatnya di bulan maret seingatku, tugas pertama keluar daerahku adalah aceh tengah, waktu itu tugasku adalah melakukan pendampingan anak korban konflik di aceh, dan desa mereka termasuk salah satu yang menjadi sasaran program lembagaku bekerja saat itu. Desa mereka lumayan jauh dari pusat ibukota daerah, naik turun gunung dan butuh waktu sekitar 2 jam untuk tiba disana. Sedikit profil desa mereka, saat aceh dilanda konflik desa mereka di bakar oleh sekelompok orang tak dikenal sehingga mereka harus mengungsi ke masjid terdekat dan sekolah yang masih tersisa. Pada saat aku dikirim bertugas disana mereka sudah tinggal kembali di desa dengan rumah seadanya dan dengan segala keterbatasan mereka.
Pertama kali bertemu tidak ada kesan yang mendalam terhadap sarah, dia sama seperti anak lainnya, sibuk bermain dengan berbagai macam permainan yang kami lakukan bersama. hanya saja dia memang terlihat lebih pendiam dan lebih kumuh pakaiannya. sangat dapat di maklumi mereka yang baru memulai hidup kembali dengan segala keterbatasan dan baju-baju sumbangan yang mereka pakai. hampir semua anak memakai baju yang tidak pas dan tidak bersih, ah aku pikir itu bukan masalah yang penting mereka berbaju.
Aku bekerja di bantu 2 orang staf pendukung dan 2 orang pendamping dari desa, kami mendampingi hampir 40 anak dengan rentang usia yang berbeda. garis besar tugas kami adalah mengembalikan keceriaan anak, menciptakan ruang bermain bagi anak dan menghilangkan trauma anak. jadi kegiatan kami selalu diisi dengan bermain dan belajar, di lakukan seminggu sekali di halaman sekolah mereka. tentu butuh perjuangan untuk membuat anak-anak kembali ceria seperti sebelum mengalami konflik, termasuk salah satunya sarah. Beberapa kali pertemuan berikutnya dia selalu terlambat dari waktu memulai kegiatan, bahkan pernah beberapa kali tidak hadir dan ini menjadi perhatianku.
Tepat saatnya aku harus membuat profil anak yang di bantu oleh 2 pendamping dari desa, karena mereka yang kenal anak-anak itu lebih dekat. hingga pada profil sarah yang membuatku tercengang dan akhirnya bisa menyimpulkan kenapa dia sering tidak datang ikut bermain bersama teman-temannya setiap minggu. Ternyata ibunya sarah baru sekitar 6 bulan yang lalu meninggal dunia pada saat melahirkan, adiknya yang bayi di rawat neneknya di rumah mereka yang seadanya itu. Rumahnya hanya beralaskan tanah dan panggung kecil untuk mereka duduk makan bersama. Sarah saat itu berusia 9 tahun dengan adik 4 orang yang pasti masih sangat kecil-kecil, neneknya sudah sangat tua dan rabun. sedangkan bapak sarah adalah seorang laki-laki kaku yang sehari-harinya diisi dengan bekerja di ladang. Bapaknya setiap hari pergi pagi dan pulang sore, hufff terbayang beban sarah si gadis kecil itu harus merawat ke empat adiknya, meskipun di bantu neneknya tetap ini adalah beban berat untuk anak seusia dia.
Saat si nenek tidak sehat maka sarah tidak bisa kemana-mana, bahkan ke sekolah pun tidak bisa, karena dia harus menjaga adiknya memasak untuk makan mereka dan yang bikin sedih bahkan mengeluarkan air mata saat si pendamping bercerita kadang mereka cuma makan pake garam dan air. Beberapa kali aku mengunjungi rumahnya hanya sekedar ingin bermain dan ngobrol-ngobrol dengannya, aku butuh waktu 2 bulan untuk pedekate dan berhasil membuatnya dekat denganku, membuat dia berani bercerita tentang kegiatan sehari-harinya. dan yang membahagiakan orang sekitarnya tidak hanya tinggal diam melihat keadaan sarah, mereka kadang suka membantu dengan merawat si bayi dan kadang suka memberikan sedikit masakan mereka untuk keluarga sarah.
Dulu aku sering banget mempromosikan sarah ke teman-temanku apa bila mereka ingin membantu dalam bentuk apapun, maka dia bisa menjadi salah satu penerimanya. yang aku kagum dari sarah tidak pernah sekalipun aku melihat dia marah ke adik-adiknya, dia selalu lemah lembut dan penuh kasih terhadap adik-adiknya. dan Subhanallahnya semua adik-adiknya sarah manut dan patuh terhadap apapun perkataan kakaknya. seorang gadis kecil yang di tuntut dewasa lebih awal dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologis adik-adiknya. Dulu sering aku diam-diam menitipkan sekedar makanan ringan dan pakaian buat mereka melalui pendampingku. Ingatanku kembali pada saat itu, saat aku main kerumah mereka, mereka dengan sukacitanya mengajak aku bermain dan memeluk erat tanganku seakan tidak ingin aku pergi, ah aku rindu suasana itu, suasana anak-anak dan lereng gunung yang berkabut.
Maret 2010 akhirnya aku bertemu sarah lagi dan dia masih sangat ingat denganku..dari kejauhan dia berteriak memanggil namaku..
" kakaaaakkk.... apa kabar? " begitu katanya saat melihatku menuju ke arahnya.
begitu dekat dia aku peluk dan cium pipi kiri kanan sambil berkata " kakak rinduuuuu banget sama sarah, kabar kakak baik sayang, kamu gimana? "
mengalirlah cerita darinya kalau adik-adiknya semua sekolah dan dia sekarang sudah kelas 2 SMU, aku ingat kata-kata dia saat itu. " kak aku sekarang kelas 2 smu lah, aku ingat pesan kakak dulu, apapun keadaannya aku harus sekolah "
Hebat anak usia 9 tahun saat itu mampu merekam dan mencerna sehingga menjadi motivasinya, kemudian kamipun larut dalam cerita setelah 6 tahun terlewati. Neneknya sudah meninggal dunia dan bapaknya sudah menikah lagi dengan " ibu baru " itu istilah dia, dan katanya lagi " ine baru baruku baeklah kak, ga kayak kata orang ine tiri itu kejam, dia baeklah kak, dia sayang sama aku dan adek-adekku " dalam bahasa gayo ine adalah ibu. aku cuma bisa bilang " alhamdulillah kalau begitu, kakakpun bahagialah dengarnya" . Sore itu kami habiskan bercerita tentang tahun-tahun yang sudah terlewati termasuk peristiwa dahsyat tsunami.
00. 48 am
Aku rindu mereka, aku rindu anak-anakku, aku rindu gelak tawa mereka, candaan nakal mereka, isengnya dan semangat mereka. dimanapun sekarang mereka berada semoga Allah selalu mengiringi perjalanan hidup mereka, selalu diberkahi dan bahagia sampai nanti, dari merekalah aku belajar bertahan hidup, belajar menghargai kebahagiaan, belajar bersyukur dengan segala kebahagiaan yang sudah Allah berikan. Tentu ada banyak kisah anak-anak lain di luaran sana, bagiku anak-anak selalu saja menarik untuk di amati dan di bahas. Tugas kitalah orang dewasa melakukan pemenuhan akan hak mereka, melindungi, merawat, membiarkan tumbuh kembang dan memberikan kesempatan untuk berpartisipasi.
Lhokseumawe 04 November 2011
Dee
np : didong - kabri wali